NilaiKeterampilan Uraian Materi 1. Pengertian Bobot, Skor dan Nilai . 2. Terdapat perbedaan penskoran untuk jenis soal berikut. a. Soal B-S adalah dengan rumus Skor = J B - J S Ă— b, dimana: S = Skor J B = Jumlah jawaban yang benar J S = Jumlah jawaban yang salah b = bobot soal b. Soal bentuk Pilihan Ganda P-G adalah dengan rumus: S = J
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 145359 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d83e293deccb760 • Your IP • Performance & security by Cloudflare Skoryang diperoleh peserta didik untuk suatu perangkat tes pilihan ganda dihitung dengan rumus: Maksimal 100 Jawaban dari instrumen bentuk uraian dapat diskor secara objektif berdasarkan kunci jawaban dan bobot jawaban yang berbeda dari tiap soal, seperti dicontohkan pada Tabel 15 berikut. Cara Menentukan Jumah Butir Soal Dalam Tes. A tes sangat pendek 10 atau beberapa butir b tes pendek 11-20 butir atau c tes panjang 20 butir. Beranda penilaian cara menentukan skor nilai pada soal esay dengan benar berdasarkan tingkat kesulitannya. Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam menguasai suatu materi. Dan tes praktik 5 menyusun kisi-kisinya 6 menulis butir soal 7 memvalidasi butir soal. Panduan Analisis Butir Soal From Soal uas genap bahasa indonesia kls 7 Soal uas ganjil kelas 9 bahasa indonesia kurikulum 2013 Soal uas gasal matematika kelas 9 Soal uas fisika sma kls xi semester ganjil Apakah masing-masing pada soal pilihan ganda efektif. Langkah-langkah Analisis Butir Soal. Seberapa besar peran yang disumbangkan oleh butir item tersebut terhadap skor totalnya. 1 validitas 2 reliabilitas 3 objektivitas 4 praktikabilitas 5 daya pembeda 6 taraf atau derajad kesukaran 7. Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulanganujian yang sahih dan handal maka harus dilakukan langkah-langkah berikut yaitu. Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Analis Kuantitatif Analisis butir soal pada umumnya bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Menentukan bobot soal validitas isi juga bisa ditentukan dengan cara meminta masukan dari teman sejawat senior praktisi yang sering disebut ahlipakar expert soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulanganujian yang sahih dan handal maka harus dilakukan langkah-langkah berikut yaitu. Biasanya sebelum melakukan sebuah penelitian terutama penelitian kuantitatif yang menggunakan soal sebagai intrumen penelitian maka lumrahnya melakukan uji analisis butir soal tes yaitu meliputi uji validitas reliabilitas indeks kesukaran dan daya diskriminasi pada kesempatan ini kita akan membahas uji reliabilitas. 1 menentukan tujuan tes 2 menentukan kompetensi yang akan diujikan 3 menentukan materi yang diujikan 4 menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi materi dan bentuk penilaiannya tes tertulis. Pertimbangan lain dalam penetuan jumlah soal. 1 validitas 2 reliabilitas 3 objektivitas 4 praktikabilitas 5 daya pembeda 6 taraf atau derajad kesukaran 7. A jumlah keseluruhan b jumlah untuk setiap pokok bahasantopik c jumlah untuk setiap format d jumlah untuk setiap kategori tingkat kesulitan e jumlah untuk setiap aspek pada ranah kognitif. Source Apakah masing-masing pada soal pilihan ganda efektif. Bentuk pilihan ganda uraian. Bila komposisi butir soal dalam suatu naskah ujian tidak berimbang maka penggunaan penilaian acuan norma tidaklah tepat karena informasi kemampuan yang dihasilkan tidaklah akan berdistribusi normal. Metode pengujian fit tergantung pada jumlah butir soal dalam tes. Apakah formulasi kalimat pada butir soal itu cukup jelas. Source Untuk mengetahui apakah butir soal butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal. Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulanganujian yang sahih dan handal maka harus dilakukan langkah-langkah berikut yaitu. Untuk menentukan apakah soal soal yang kita susun. Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulanganujian yang sahih dan handal maka harus dilakukan langkah-langkah berikut yaitu. Sifatnya menentukan tingkat kesukaran soal tes uraian jauh lebih mudah daripada tes objektif. Source Kedelapan dengan cara bagaimanakah testee seharusnya memberikan jawaban terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes hendaknya diberikan pedoman atau petunjuknya secara jelas dan tegas sehingga testee dapat bekerja sesuai dengan petunjuk umum atau petunjuk khusus yang dicantumkan dalam lembar jawaban soal tes. 1 menentukan tujuan tes 2 menentukan kompetensi yang akan diujikan 3 menentukan materi yang diujikan 4 menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi materi dan bentuk penilaiannya tes tertulis. Ciri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkontruksi butir soal tetapi disusun oleh peserta tes. Menentukan bobot soal validitas isi juga bisa ditentukan dengan cara meminta masukan dari teman sejawat senior praktisi yang sering disebut ahlipakar expert judgemen. Bila komposisi butir soal dalam suatu naskah ujian tidak berimbang maka penggunaan penilaian acuan norma tidaklah tepat karena informasi kemampuan yang dihasilkan tidaklah akan berdistribusi normal. Source Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulanganujian yang sahih dan handal maka harus dilakukan langkah-langkah berikut yaitu. 1 menentukan tujuan tes 2 menentukan kompetensi yang akan diujikan 3 menentukan materi yang diujikan 4 menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi materi dan bentuk penilaiannya tes tertulis. B jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal. Maksudnya bahwa data soal sesuai dengan model Rasch atau valid yang memiliki mean 0 dan SD1. Menentukan bobot soal validitas isi juga bisa ditentukan dengan cara meminta masukan dari teman sejawat senior praktisi yang sering disebut ahlipakar expert judgemen. Source B jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal. Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulanganujian yang sahih dan handal maka harus dilakukan langkah-langkah berikut yaitu. Homogeny tidaknya butiran soal diketahui dengan hitungan koefisien korelasi antara skor tiap soal den skor totapenghitunganya dikakukan sebanyak butiran soal dalam tes bersangkutan. Dalam penggunaan butir soal dengan komposisi seperti di atas maka dapat diterapkan penilaian berdasar acuan norma atau acuan patokan. Sebab itu tes. Source N jumlah alternative jawaban opsi 1 bilangan tetap. Dan tes praktik 5 menyusun kisi-kisinya 6 menulis butir soal 7 memvalidasi butir soal. Setelah judgment dilakukan oleh guru kemudian soal tersebut diujicobakan dan dianalisis apakah judgment tersebut sesuai atau tidak. Sebab itu tes. Seberapa besar peran yang disumbangkan oleh butir item tersebut terhadap skor totalnya. Source Setelah judgment dilakukan oleh guru kemudian soal tersebut diujicobakan dan dianalisis apakah judgment tersebut sesuai atau tidak. B jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal. Cara Analisis Butir Soal dalam Mengevaluasi Peserta Didik Untuk dapat mengetahui apakah masing-masing item soal baik perlu dilakukan analisis terhadap empat hal yaitu. Sifatnya menentukan tingkat kesukaran soal tes uraian jauh lebih mudah daripada tes objektif. Mengerjakan tes objektif lebih singkat sehingga memungkinkan jumlah butir soal yang lebih banyak. Source Apakah formulasi kalimat pada butir soal itu cukup jelas. Sifatnya menentukan tingkat kesukaran soal tes uraian jauh lebih mudah daripada tes objektif. Untuk mengetahui apakah butir soal butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal. Setelah judgment dilakukan oleh guru kemudian soal tersebut diujicobakan dan dianalisis apakah judgment tersebut sesuai atau tidak. Apakah formulasi kalimat pada butir soal itu cukup jelas. Source B jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal. Bentuk pilihan ganda uraian. 1 menentukan tujuan tes 2 menentukan kompetensi yang akan diujikan 3 menentukan materi yang diujikan 4 menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi materi dan bentuk penilaiannya tes tertulis. Apakah butir-butir soal itu berfungsi seperti yang diinginkan. Pertimbangan lain dalam penetuan jumlah soal. Source Untuk menentukan apakah soal soal yang kita susun. Misalnya soal nomor 5 termasuk ke dalam kategori mudah soal nomor 7 kategori sedang dan nomor 9 kategori sukar. A jumlah keseluruhan b jumlah untuk setiap pokok bahasantopik c jumlah untuk setiap format d jumlah untuk setiap kategori tingkat kesulitan e jumlah untuk setiap aspek pada ranah kognitif. Bentuk pilihan ganda uraian. Dan tes praktik 5 menyusun kisi-kisinya 6 menulis butir soal 7 memvalidasi butir soal. Source Bentuk pilihan ganda uraian. Bentuk pilihan ganda uraian. 1 menentukan tujuan tes 2 menentukan kompetensi yang akan diujikan 3 menentukan materi yang diujikan 4 menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi materi dan bentuk penilaiannya tes tertulis. Bila komposisi butir soal dalam suatu naskah ujian tidak berimbang maka penggunaan penilaian acuan norma tidaklah tepat karena informasi kemampuan yang dihasilkan tidaklah akan berdistribusi normal. Dan tes praktik 5 menyusun kisi-kisinya 6 menulis butir soal 7 memvalidasi butir soal. Source Cara Analisis Butir Soal dalam Mengevaluasi Peserta Didik Untuk dapat mengetahui apakah masing-masing item soal baik perlu dilakukan analisis terhadap empat hal yaitu. Menentukan bobot soal validitas isi juga bisa ditentukan dengan cara meminta masukan dari teman sejawat senior praktisi yang sering disebut ahlipakar expert judgemen. Dalam penggunaan butir soal dengan komposisi seperti di atas maka dapat diterapkan penilaian berdasar acuan norma atau acuan patokan. 1 validitas 2 reliabilitas 3 objektivitas 4 praktikabilitas 5 daya pembeda 6 taraf atau derajad kesukaran 7. Dan butir soal sangat ditentukan oleh. Source Kedelapan dengan cara bagaimanakah testee seharusnya memberikan jawaban terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes hendaknya diberikan pedoman atau petunjuknya secara jelas dan tegas sehingga testee dapat bekerja sesuai dengan petunjuk umum atau petunjuk khusus yang dicantumkan dalam lembar jawaban soal tes. Beranda penilaian cara menentukan skor nilai pada soal esay dengan benar berdasarkan tingkat kesulitannya. Apakah butir soal itu memiliki tingkat kesukaran yang memadai. 1 menentukan tujuan tes 2 menentukan kompetensi yang akan diujikan 3 menentukan materi yang diujikan 4 menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi materi dan bentuk penilaiannya tes tertulis. Dan butir soal sangat ditentukan oleh. Source Mengerjakan tes objektif lebih singkat sehingga memungkinkan jumlah butir soal yang lebih banyak. 1 menentukan tujuan tes 2 menentukan kompetensi yang akan diujikan 3 menentukan materi yang diujikan 4 menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi materi dan bentuk penilaiannya tes tertulis. A jumlah keseluruhan b jumlah untuk setiap pokok bahasantopik c jumlah untuk setiap format d jumlah untuk setiap kategori tingkat kesulitan e jumlah untuk setiap aspek pada ranah kognitif. Beranda penilaian cara menentukan skor nilai pada soal esay dengan benar berdasarkan tingkat kesulitannya. Seberapa besar peran yang disumbangkan oleh butir item tersebut terhadap skor totalnya. Source A tes sangat pendek 10 atau beberapa butir b tes pendek 11-20 butir atau c tes panjang 20 butir. Setelah judgment dilakukan oleh guru kemudian soal tersebut diujicobakan dan dianalisis apakah judgment tersebut sesuai atau tidak. Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka dalam menguasai suatu materi. Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulanganujian yang sahih dan handal maka harus dilakukan langkah-langkah berikut yaitu. Beranda penilaian cara menentukan skor nilai pada soal esay dengan benar berdasarkan tingkat kesulitannya. Source Untuk mengetahui apakah butir soal butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal. Apakah butir-butir soal itu berfungsi seperti yang diinginkan. B jumlah peserta didik yang menjawab benar pada setiap soal. Pertimbangan lain dalam penetuan jumlah soal. Cara Analisis Butir Soal dalam Mengevaluasi Peserta Didik Untuk dapat mengetahui apakah masing-masing item soal baik perlu dilakukan analisis terhadap empat hal yaitu. Source Dalam penggunaan butir soal dengan komposisi seperti di atas maka dapat diterapkan penilaian berdasar acuan norma atau acuan patokan. Untuk mengetahui apakah butir soal butir soal yang disusun sudah berfungsi sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh penyusun soal. Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui kesulitan kesulitan yang dialami siswa dalam memahami suatu materi. Bila komposisi butir soal dalam suatu naskah ujian tidak berimbang maka penggunaan penilaian acuan norma tidaklah tepat karena informasi kemampuan yang dihasilkan tidaklah akan berdistribusi normal. Biasanya sebelum melakukan sebuah penelitian terutama penelitian kuantitatif yang menggunakan soal sebagai intrumen penelitian maka lumrahnya melakukan uji analisis butir soal tes yaitu meliputi uji validitas reliabilitas indeks kesukaran dan daya diskriminasi pada kesempatan ini kita akan membahas uji reliabilitas. Source Analisis Butir Soal Pilihan Ganda Analis Kuantitatif Analisis butir soal pada umumnya bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut. Ciri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkontruksi butir soal tetapi disusun oleh peserta tes. Apakah butir-butir soal itu berfungsi seperti yang diinginkan. Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui kesulitan kesulitan yang dialami siswa dalam memahami suatu materi. Metode pengujian fit tergantung pada jumlah butir soal dalam tes. This site is an open community for users to share their favorite wallpapers on the internet, all images or pictures in this website are for personal wallpaper use only, it is stricly prohibited to use this wallpaper for commercial purposes, if you are the author and find this image is shared without your permission, please kindly raise a DMCA report to Us. If you find this site beneficial, please support us by sharing this posts to your favorite social media accounts like Facebook, Instagram and so on or you can also save this blog page with the title cara menentukan jumah butir soal dalam tes by using Ctrl + D for devices a laptop with a Windows operating system or Command + D for laptops with an Apple operating system. If you use a smartphone, you can also use the drawer menu of the browser you are using. Whether it’s a Windows, Mac, iOS or Android operating system, you will still be able to bookmark this website. B (2) dan (3) D. (3) dan (4) Butir soal: 2. Contoh gaya gesek yang menguntungkan adalah . A. gesekan antara kapal selam dan air B. gesekan antara pesawat terbang dan udara gesekan pada mesin kendaraan bermotor D. gesekan antara kanvas rem dengan cakramnya Kunci Jawaban: D Bobot : 2,5 Kunci Jawaban: D Bobot : 2,5 Skor
Tantangan Gurusiana hari ke-54 Setelah guru membuat soal uraian, maka guru harus membuat pedoman penskoran dan bobot soal. Pedoman penskoran bertujuan agar memudahkan guru dalam memberikan skor tehadap jawaban yang ditulis oleh peserta didik. Pedoman penskoran merupakan panduan atau petunjuk untuk penskor, dibuat dalam bentuk matriks berisi kolok kata kunci/kriteria jawaban, dan kolom skor. Pedoman ini disusun setelah soal ditulis. Soal uraian objektif memuat batasan/ kata-kata kunci/ konsep, sedangkan untuk soal uraian non objektif memuat kemungkinan-kemungkinan jawaban/kriteria-kriteria jawaban. A. Langkah-langkah penyusunan pedoman penskoran untuk soal uraian objektif 1. Tuliskan semua jawaban benar atau kata-kata kunci jawaban dengan jelas untuk setiap nomor soal 2. Setiap kata kunci diberi skor 1 satu 3. Apabila suatu pertanyaan mempunyai beberapa sub pertanyaan, rincilah kata kunci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci sub jawaban. Kata-kata kunci ini dibuatkan skornya masing-masing 1. 4. Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal. Jumlah ini disebut skor maksimum dari satu soal B. Langkah-langkah penyusunan pedoman penskoran untuk soal uraian objektif 1. Tuliskan garis-garis besar jawaban sebagai kriteria untuk dijadikan pedoman atau dasar dalam memberi skor 2. Kriteria jawaban disusun sedemikian rupa sehingga pendapat/pandangan pribadi peserta didik yang berbeda dapat diskor menurut mutu uraian jawabannya 3. Tetapkan rentang skor untuk tiap garis besar jawaban 4. Rentang skor terendah 0 nol, sedangkan rentang skor tertinggi ditentukan berdasarkan kualitas jawaban/keadaan jawaban yang dituntut oleh soal itu sendiri. Semakin kompleks jawaban, rentang skor semakin besar. 5. Untuk memudahkan penskoran, setiap rentang skor diberi rincian berdasarkan kualitas jawaban Misalnya kita membuat rentang 0-3 dimana Skor 0 untuk jawaban tidak baik Skor 1 untuk jawaban agak baik Skor 2 untuk jawaban baik Skor 3 untuk jawaban sangat baik 6. Kriteria kualitas jawaban baik tidaknya jawaban ditetapkan oleh penulis soal 7. Jumlahkan skor tertinggi dari tiap-tiap rentang skor yang telah ditetapkan 8. Jumlah skor dari beberapa kriteria ini disebut skor maksimum dari satu soal C. Bobot Soal Bobot soal merupakan angka yang diberikan untuk menggambarkan tingkat kedalaman dan kompleksitas butir soal. Nilai angka ini ditentukan dengan cara membandingkan kedalaman materi dan kompleksitas antar butir soal atau antar bentuk soal yang ada. Nilai angka ini dpat menggunakan skala rentang 0-10 atau 0-100. Bobot antar soal uraian tidak harus sama, tergantung pada kompleksitas dari jawabannya dan tergantung dari kedalam materi setiap butir soal. Jika dalam satu instrumen soal terdapat lebih dari satu bentuk soal seperti contoh soal USBN fisika yang terdiri atas 30 soal PG dan 5 soal Uraian, maka pemberian bobot antar bentuk soal perlu diberikan. Pemberian bobot ini dilakukan berdasarkan kesepakan guru mata pelajaran atau pembuat kebijakan. Misal bobot Soal USBN 70% untuk soal PG dan 30 % untuk soal uraian. D. Perhitungan Nilai Untuk menentukan nilai peserta didik, maka kita dapat menggunakan persamaan NPi = SPi/SMi x Bi Keterangan NPi = Nilai perolehan siswa untuk soal ke i 1, 2, 3.... SPi = Skor perolehan siswa untuk soal ke i 1, 2, 3.... SMi = Skor maksimal untuk soal ke i 1, 2, 3.... Bi = Bobot untuk soal ke i 1, 2, 3.... Nilai akhir peserta didik adalah jumlah dari Ni nilai perolehan siswa dari soal uraian yang ada. Solok, 12 Juni 2020

danjika setiap butir soal benar 10 maka skor adalah dikali 5 = 50, angka 50 ini disebut skor (bukan nilai atau bobot).23 2. Ada dua cara pemberian skor pada hasil ujian bentuk obyektif, yaitu : 1. Pada setiap jawaban yang benar dari butir soal dapat diberi skor satu, dan sehingga skor total akan sama dengan seluruh jawaban yang benar. 2.

Foto Alapakguru bersama siswa Beberapa saat yang lalu saya menjadi salah satu narasumber dalam acara sosialisasi terkait Ujian Sekolah Berstandar Nasional di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro. Salah satu materi yang dinanti-nanti peserta adalah segala pernak pernik yang berkaitan dengan teknik penulisan soal uraian, cara mengoreksi, dan cara menilai soal uraian dengan baik. Paling hangat diperbincangkan dalam acara tersebut adalah cara mengoreksi dan cara menilaiannya. Banyak pertanyaan yang muncul dari peserta. Paling ekstrem pertanyaannya adalah, “Apakah bisa adil cara menilai soal uraian untuk semua siswa? Bagaimana teknik mengoreksinya nanti? Karena sudah hangat dan rasa ingin tahunya tinggi saya sengaja mengendurkan dulu nafsu bertanyanya, dengan joke-joke kecil. Setelah, mereda saya mulai menjelaskan dengan gaya saya tentunya. Sekalipun sudah saya jelaskan dengan jelas dan sekaligus contoh-contohnya. Setelah pulang masih ada beberapa pemahaman antar peserta yang belum ngeh. Sehingga masih ada yang WA saya bertanya-tanya lagi. Lebih uniknya lagi pertanyaannya, “yang benar yang mana om?” sambil mengirimkan beberapa pilihan hasil menilainya. Untuk itu dengan senang hati tulisan ini saya khususkan buat teman-teman guru yang kebetulan masih dilanda kebimbangan. Ada juga yang takut menyampaikan ke teman-teman di daerahnya. Sekaligus untuk menebus janji saya kepada teman yang selalu bertanya, “mana tulisan tentang soal uraian, Pak?” Baiklah, bisa dimulai bacanya dengan santai. Kalaupun masih kurang jelas bisa diulang lagi sampai mantab hatinya. Teknik Penulisan Soal Uraian Soal uraian adalah soal yang jawabannya terurai, terstruktur, dan sesuai dengan gagasan peserta didik. Soal uraian menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang dipelajarinya dalam bentuk uraian tertulis. Keunggulan Dapat mengukur kompetensi peserta didik dalam menyajikan jawaban terurai secara bebas, mengorganisasikan pikirannya, mengemukakan pendapatnya, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat pesert didik sendiri. Keterbatasan Jumlah materi atau pokok bahasan yang dapat ditanyakan terbatas, waktu untuk memeriksa jawaban cukup lama, penskoran relatif subjektif, dan tingkat reliabilitas relatif lebih rendah dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda karena reliabilitas skor pada soal bentuk uraian sangat tergantung penskor tes. Berdasarkan penskoran, soal bentuk uraian diklasifikasikan menjadi uraian objektif dan uraian non objektif. Soal bentuk uraian objektif Rumusan soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu sehingga penskoran dapat dilakukan secara objektif. Soal bentuk uraian non objektif Rumusan soal menuntut sehimpunan jawaban berupa pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik sehingga penskorannya sukar dilakukan secara objektif penskoran dapat mengandung unsur subjektivitas. Pada prinsipnya, perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dan non objektif terletak pada kepastian penskoran. Pada soal uraian bentuk objektif, pedoman penskoran berisi kunci jawaban yang lebih pasti. Setiap kata kunci diuraikan secara jelas dan diberi skor 1. Pada soal uraian bentuk non objektif, pedoman penskoran berisi kriteria-kriteria dan setiap kriteria diskor dalam bentuk rentang skor. Kaidah Penulisan Soal Uraian Beberapa kaidah yang perlu diperhatikan dalam penulisan soal bentuk uraian adalah sebagai berikut Materi 1. Soal harus sesuai dengan indikator 2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan ruang lingkup harus jelas. 3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran, misal soal Matematika harus menanyakan kompetensi Matematika, bukan kompetensi berbahasa atau yang lainnya. 4. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, atau tingkat kelas. Tingkat kompetensi yang diukur harus disesuaikan dengan tingkat peserta didik, misal kompetensi pada jenjang SMA tidak boleh ditanyakan pada jenjang SMP, walaupun materinya sama, atau sebaliknya soal untuk tingkat SMP tidak boleh ditanyakan ditingkat SD. Konstruksi 1. Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata-kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, hubungkan, tafsirkan, buktikan, hitunglah. Jangan menggunakan kata tanya yang tidak menuntut jawaban uraian, misalnya siapa, di mana, kapan. Demikian juga kata-kata tanya yang hanya menuntut jawaban ya atau tidak. 2. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal. 3. Buatlah pedoman penskoran segera setelah soal ditulis dengan cara menguraikan komponen yang akan dinilai atau kriteria penskoran, besar skor bagi setiap komponen, atau rentang skor yang dapat diperoleh untuk setiap komponen, atau rentang skor yang dapat diperoleh untuk setiap kriteria dalam soal yang bersangkutan. 4. Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, grafik, peta atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas, berfungsi, dan terbaca, sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda dan juga harus bermakna. Bahasa 1. Rumusan butir soal menggunakan bahasa kalimat dan kata-kata yang sederhana dan komunikatif sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. 2. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik atau kelompok tertentu. 3. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. 4. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 5. Rumusan soal sudah mempertimbangkan segi bahasa dan budaya. 6. Jangan mengunakan bahasa yang berlaku setempat. Penyusunan Pedoman Penskoran Pedoman penskoran merupakan panduan atau petunjuk yang menjelaskan tentang batasan atau kata-kata kunci atau konsep untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal bentuk uraian objektif dan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang diharapkan atau kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran terhadap soal-soal uraian non objektif. Pedoman penskoran untuk setiap butir soal uraian harus disusun segera setelah penulisan soal. Kaidah penulisan pedoman penskoran Uraian Objektif 1. Tuliskan semua kemungkinan jawaban benar atau kata kunci jawaban dengan jelas untuk setiap nomor soal. 2. Setiap kata kunci diberi skor 1 satu 3. Apabila suatu pertanyaan mempunyai beberapa subpertanyaan, rincilah kata kunci dari jawaban soal tersebut menjadi beberapa kata kunci subjawaban. Kata-kata kunci ini dibuatkan skornya masing-masing 1. 4. Jumlah skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal. Jumlah skor ini disebut skor maksimum dari satu soal. Uraian Non Objektif 1. Tuliskan garis-garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan pedoman atau dasar dalam memberi skor. Kriteria jawaban disusun sedemikian rupa sehingga pendapat/pandangan pribadi peserta didik yang berbeda dapat diskor menurut mutu uraian jawabannya. 2. Tetapkan rentang skor untuk tiap garis besar jawaban. Besar rentang skor terendah 0 nol, sedangkan rentang skor tertinggi ditentukan berdasarkan keadaan jawaban yang dituntut oleh soal itu sendiri. Semakin kompleks jawaban, rentang skor semakin besar. Untuk memudahkan penskoran, setiap rentang skor diberi rincian berdasarkan kualitas jawaban, misalnya untuk rentang skor 0-3 jawaban tidak baik 0, agak baik 1, baik 2, sangat baik 3. Kriteria kualitas jawaban baik tidaknya jawaban ditetapkan oleh penulis soal. 3. Jumlah skor tertinggi dari tiap-tiap rentang skor yang telah ditetapkan. Jumlah skor dari beberapa kriteria ini disebut skor maksimum dari satu soal. Prosedur Peskoran 1. Pemberian skor pada jawaban uraian sebaiknya dilakukan per nomor soal yang sama untuk semua jawaban peserta didik agar konsistensi penskor terjaga dan skor yang dihasilkan adil untuk semua peserta didik. 2. Untuk uraian objektif periksalah jawaban peserta didik dengan mencocokkan jawaban dengan pedoman penskoran. Setiap jawaban peserta didik yang sesuai dengan kunci dinyatkan benar “benar” dan diberi skor 1, sedangkan jawaban peserta didi yang tidak sesuai dengan kunci dianggap “salah” dan diberi skor 0. Tidak dibenarkan memberi skor selain 0 atau 1. Apabila ada jawaban peserta didik yang kurang sempurna, kuran memuaskan, atau kurang lengkap, pemeriksaan harus dapat menilai seberapa jauh hail itu terjadi. Dengan demikian dapat diputuskan akan diberi skor 0 atau 1 untuk jawaban tersebut. 3. Untuk uraian non objektif periksalah jawaban peserta didik dengan mencocokkan jawaban dengan pedoman penskoran. Pemberian skor disesuaikan antara kualitas jawaban peserta didik dan kriteria jawaban. Di dalam pedoman penskoran sudah ditetapkan skor yang diberikan untuk setiap tingkatan kualitas jawaban. 4. Baik soal uraian objektif maupun soan non objektif, bila tiap butir soal sudah selesai diskor, hitunglah jumlah skor perolehan peserta didik pada setiap nomor soal. 5. Apabila dalam satu tes terdapat lebih dari satu nomor soal uraian, setiap nomor soal uraian diberi bobot. Pemberian bobot dilakukan dengan membandingkan semua soal yang ada dilihat dari kedalaman materi, kerumitan/kompleksitas jawaban, dan tingkat kognitif yang diukur. Skala yang digunakan dalam satu tes adalah 10 atau 100 sehingga jumlah bobot dari semua soal adalah 10 atau 100. Pemberian bobot pada setiap soal uraian dilakukan pada saat merakit tes. 6. Kemudian lakukan perhitungan nilai dengan menggunakan rumus Nilai tiap soal skor perolehan peserta didik skor maksimum tiap butir soal x bobot 7. Jumlahkan semua nilai untuk tiap nomor soal yang diperoleh peserta didik dalam perangkat tes. Jumlah ini disebut nilai akhir dari satu perangkat tes uraian yang disajikan. Contoh Nomor Bobot Skor Maksimum Skor Perolehan Nilai Perolehan 1 20 4 3 3/4 x 20 = 15 2 10 2 2 2/2 x 10 = 10 3 20 6 5 5/6 x 20 = 16,7 4 30 4 3 3/4 x 30 = 22,5 5 20 3 3 3/3 x 20 = 20 Nilai soal uraian 84,2 Misalnya penjelasan ini dirasa masih kurang memuaskan, bisa dilanjutkan di meja makan sambil ngejus atau ngeteh, asyik kan? Sumber Panduan Penyusunan Soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional diterbitkan Pusat Penilaian Pendidikan tahun 2018.

Skoruntuk pilihan ganda 1 maka menjadi 35 x 1 35 maksimal Skor untuk isian 2 maka akan menjadi 10 x 2 20 maksimal. Untuk mengunduh File Gunakan tombol download dibawah ini. Cara Menentukan Nilai Akhir Soal Ulangan Berdasarkan Skor Dan Bobot Lima Klik Jadi nilai kesuluruhan untuk pilihan ganda adalah 20. Cara menghitung nilai soal 35 dan essay 5. Memahami perbedaan antara skor dan bobot pada penyusunan soal ulangan uraian SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA serta SMKAssalamualaikum, halo sahabat Gurnulis. Kita bersua lagi pada blog penginspirasi pembelajaran ini ya. Bagaimana pembelajarannya? Berlangsung lancar bukan? Minggu yang lalu penulis telah mengulas tata cara penyusunan kisi-kisi soal, penyusunan butir soal, hingga penyusunan kartu soal ya. Nah, pada bahasan penyusunan soal, khususnya pada soal uraian, beberapa pendidik sempat mempertanyakan perbedaan skor dengan bobot kepada penulis. Mereka mempertanyakan melalui formulir kontak. Ulasan yang hanya sekilas pada artikel "Cara Menyusun Soal Uraian" dirasa masih belum jelas dan gamblang untuk dipahami. Pada artikel kali ini penulis hendak mengulasnya sempai ke akar-akarnya. Penulis mulai dari hakikat soal uraian Soal UraianSoal uraian merupakan bagian dari tes tertulis yang digunakan untuk mengukur ketercapaian belajar peserta didik. Soal uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta didik untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajari dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian uraian terbagi menjadi dua jenis, yaitu soal uraian objektif dan soal uraian nonobjektif. Soal uraian objektif mengukur kemampuan peserta didik menguraikan konsep tertentu sesuai materi pelajaran sehingga penskoran dilakukan secara objektif. Soal bentuk uraian non-objektif mengukur kemampuan peserta didik menguraikan pendapat terhadap konsep tertentu sesuai materi pelajaran sehingga penskoran dilakukan secara subjektif. Bentuk soal uraian harus memiliki pedoman penskoran yang jelas dan Konsep Guru dalam MenilaiBeberapa pendidik dari jenjang Sekolah Dasar sempat bertukar pikiran dengan penulis pasal penilaian pada soal uraian. Mereka membawa soal uraian sebagai gambar berikut!Tuliskan bagian-bagian telinga yang bertanda A, B, dan C pada gambar tersebut!Berasal dari apakah bunyi?Menunjukkan sifat bunyi yang bagaimanakah percobaan berikut?Apa yang dimaksud dengan gema?Mengapa kita tidak dianjurkan mendengarkan musik yang terlalu keras menggunakan headset?Kunci jawabannya adalah sebagai adalah gendang telinga, B adalah tulang sanggurdi, dan C adalah koklea atau rumah berasal dari benda-benda yang dapat merambat melalui adalah bunyi pantul yang datang setelah bunyi asli suara yang terlalu keras dari headset dapat merusak gendang telinga, sehingga kita berpotensi menjadi penilaian hasil belajar peserta didik dari soal tersebut biasanya beragam. Para guru biasanya masih memiliki teknik yang berbeda-beda. Berikut penulis ilutrasikan perbedaan dan Penilaian Menurut "Guru A" Salah satu pendidik, kita sepakati saja namanya “Guru A”, membuat pedoman penilaian sebagai Guru A, karena jumlah soalnya adalah 5 dan nilai maksimum adalah 100, maka nilai didapatkan dari jumlah jawaban benar per jumlah soal dikalikan 100. Rumus yang digunakannya tertera pada gambar di atas, yaitu jumlah jawaban benar per 5 dikalikan contohnya, ketika peserta didik salah menjawab pada beberapa soal, penilaian yang dilakukan oleh Guru A adalah sebagai didik tersebut mendapatkan nilai 60. Pendapat Guru A adalah sebagai jawaban peserta didik benar cukup diberikan tanda jawaban peserta didik tidak sepenuhnya benar diberikan skor 1/2 setengah.Kalau jawaban peserta didik salah diberikan tanda soal nomor 1, dari tiga poin jawaban yang terkandung di dalamnya peserta didik hanya menjawab satu poin saja yang benar, jadi oleh Guru A diberikan skor 1/2. Pada soal nomor 3 jawabannya salah, jadi Guru A memberikan tanda silang. Sementara pada soal nomor 4, jawaban peserta didik tidak lengkap, jadi diberikan skor 1/ benar didapatkan dari 1/2 + 1 + 0 + 1/2 + 1 = 3. Jumlah soalnya adalah 5. Nilai peserta didik oleh Guru A dihitung dari 3 per 5 dikalikan 100, hingga didapatkan cara menilai yang demikian? Oke, kita lanjut ke guru lain yang memiliki cara pandang berbeda. Kita sepakati saja guru ini bernama "Guru B".Konsep Penilaian Menurut "Guru B" Guru B memiliki cara menentukan nilai yang sedikit berbeda. Menurutnya menggunakan skor dirasa lebih efektif daripada menggunakan centang dan silang. Berikut pedoman penskoran dan penilaian yang dipakai oleh Guru B mengatakan agar lebih objektif semua soal yang terdapat dalam ulangan tersebut harus diberikan penskoran. Karena nilai maksimumnya adalah 100 dan jumlah soalnya adalah 5, maka skor setiap soal diputuskan oleh Guru B menjadi 100 dibagi 5, yaitu 20. Jika peserta didik salah menjawab pada beberapa soal, proses penilaian yang dilakukan oleh Guru B adalah sebagai berikut. Peserta didik yang sama kini mendapat nilai 57 menurut Guru B. Guru B berpendapat sebagai jawaban peserta didik sepenuhnya benar akan diberikan skor jawaban peserta didik tidak sepenuhnya benar akan dikonversi persentase ketidakbenarannya, kemudian dikalikan dengan skor maksimum yaitu 20. Kalau jawaban peserta didik salah akan diberikan skor 0 nol. Pada soal nomor 1 peserta didik mendapatkan poin 7 karena dari tiga poin jawaban yang terkandung di dalamnya, peserta didik hanya benar 1 poin saja. Guru B mengonversinya menjadi 1 per 3 dikalikan 20, sehingga didapatkan 6,67 dibulatkan menjadi 7. Pada soal nomor nomor 3, jawaban peserta didik salah, jadi Guru B memberikan skor 0 nol. Sementara pada soal nomor 4, jawaban peserta didik tidak sempurna, jadi Guru B mengonversinya menjadi 1 per 2 1/2 dianggap mewakili ketidaksempurnaan jawaban dikalikan 20, sehingga didapatkan hasil penilaiannya, didapatkan skor-skor 7, 20, 0, 10, 20. Jika dijumlahkan muncul nilai, yaitu penulis ingin bertanya, sudah tepatkah cara memberikan nilai hasil belajar yang demikian? Yuk, kita analisis Konsep Penilaian "Guru A" dan "Guru B"Sebelum menyusun soal kita pasti menyusun kisi-kisi soal terlebih dahulu. Ketika menyusun kisi-kisi soal, kita pasti dihadapkan dengan penentuan level soal, mulai dari level 1 sampai dengan level 3. Tata caranya dapat sahabat pendidik baca pada artikel "Level Kognitif pada Penyusunan Soal Ulangan". Yuk, sekarang sama-sama kita cermati level dari masing-masing soal. Soal nomor 1 adalah soal dengan tipe pengetahuan atau pemahaman. Soal ini mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap bagian-bagian dari nomor 2 adalah soal dengan tipe pengetahuan atau pemahaman. Soal ini mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap asal dari nomor 3 adalah soal dengan tipe penalaran. Soal ini mengukur kemampuan peserta didik dalam menganalisis maksud dari percobaan nomor 4 adalah soal dengan tipe pengetahuan atau pemahaman. Soal ini mengukur pengetahuan peserta didik mengenai pengertian nomor 5 adalah soal dengan tipe penalaran. Soal ini mengukur kemampuan peserta didik untuk menganalisis alasan dari tidak dianjurkannya kita mendengar musik yang terlalu keras dengan A menggunakan cara menilai yang cukup sederhana. Semua soal dipukul rata penilaiannya. Kalau peserta didik menjawab benar maka diberikan tanda centang, kalau mendekati benar diberikan nilai 1/2, dan kalau salah diberikan tanda silang. Penilaian tidak melibatkan skor. Sekarang pertanyaannya kalau semua soal dipukul rata penilaiannya, bagaimana dengan level kognitifnya? Apakah level tersebut diperhitungkan? Tentu saja B menggunakan cara menilai yang berbeda. Ia menggunakan skor. Semua soal diberikan skor yang sama, yaitu 20. Lagi-lagi dengan pertanyaan yang sama kalau semua soal diberikan skor dengan besaran yang sama, bagaimana dengan kehadiran level kogntifnya? Apakah level tersebut diperhatikan? Jawabannya pun sama solusi penilaian yang sesuai dengan kaidah pelevelan soal? Solusinya adalah dengan BOBOT dan SKOR. Bobot dan SkorSebagian besar pendidik seringkali beranggapan bahwa skor dan bobot adalah sama. Guru B pada ilustrasi di atas bisa saja mengatakan kalau skor yang ia berikan per soalnya itu pulalah bobotnya. Padahal tidak adalah bilangan yang dikenakan terhadap setiap butir soal yang besarnya ditentukan berdasarkan usaha peserta didik dalam menyelesaikan soal itu. Pemberian bobot dilakukan dengan mempertimbangkankedalaman/keluasan materi antarsoal,kerumitan/kompleksitas jawaban, dan level kognitif yang diukur. Bagaimana dengan skor? Skor adalah bilangan yang merupakan data mentah dari hasil penilaian, yang belum diolah lebih lanjut, bersifat kuantitatif, dan tidak dapat diinterpretasikan. Skor terkait dengan kriteria lebih memahami perbedaan bobot dan skor, sahabat pendidik dapat menyimaknya pada ulasan Menentukan Nilai Soal UraianNilai merupakan hasil pengolahan skor data mentah yang diolah lebih lanjut dengan menggunakan aturan atau kriteria tertentu sehingga dapat diinterpretasikan. Berikut penulis berikan contoh pengolahan skor dan bobot hingga menjadi yang telah terpapar di atas ditentukan kunci jawaban dan kriteria penilaiannnya terlebih dahulu dalam bentuk pedoman penilaian. Pendidik wajib mencantumkan pedoman penilaian dari setiap soal yang dibuatnya. Tujuannya adalah untuk meminimalisir subjektivitas penilaian apabila soal tersebut digunakan oleh pendidik lain. Contoh pedoman penilaiannya adalah sebagai berikut. Berdasarkan kedalaman/keluasan materi antarsoal, kerumitan/kompleksitas jawaban, dan level kognitif yang diukur, maka diputuskansoal nomor 1 diberi bobot 20;soal nomor 2 diberi bobot 10;soal nomor 3 diberi bobot 25;soal nomor 4 diberi bobot 10;soal nomor 5 diberi bobot di atas adalah contoh dari penulis. Sekarang perhatikan angka-angka pada kolom bobot dan pada kolom skor! Perhatikan perbedaan digunakan untuk menghasilkan nilai. Jumlah bobot dari semua soal harus 100 atau nilai lain yang digunakan untuk mempermudah pengoreksian jawaban peserta didik berdasarkan kriteria peserta didik apabila dinilai menggunakan pedoman penilaian tersebut akan menghasilkan angka-angka sebagai adalah sebagai soal nomor 1, dari 3 kriteria yang terdapat pada kunci jawaban, hanya satu jawaban yang memenuhi. Skornya adalah 1. Nilai perolehan untuk soal nomor 1 adalah 1/3 dikalikan 20, yaitu 7 pembulatan dari 6,67.Pada soal nomor 2, jawabannya benar. Skornya adalah 2. Nilai perolehan untuk soal nomor 2 adalah 2/2 dikalikan 10, yaitu soal nomor 3, jawabannya salah. Skornya adalah 0. Nilai perolehan untuk soal nomor 3 adalah 0/2 dikalikan 0, yaitu soal nomor 4, jawabannya hanya mendekati benar. Skornya adalah 1. Nilai perolehan untuk soal nomor 4 adalah 1/2 dikalikan 10, yaitu soal nomor 5, jawabannya lengkap. Skornya adalah 2. Nilai perolehan untuk soal nomor 5 adalah 2/2 dikalikan 35, yaitu total dari jawaban peserta didik tersebut adalah 7 + 10 + 0 + 5 + 35 = dan bobot adalah dua hal yang berbeda. Untuk membedakan keduanya sahabat pendidik dapat mencermati penggunaannya pada pedoman penilaian soal uraian. Dengan adanya pedoman penilaian yang jelas, subjektivitas para pendidik dalam memberikan nilai kepada peserta didik akan minim. Dapat dibayangkan bukan, apa jadinya jika setiap pendidik memiliki cara menilai sendiri-sendiri sebagaimana yang telah diilustrasikan Guru A dan Guru B di atas?Penulis menuliskan artikel ini berdasarkan Panduan Penilaian Tes Tertulis yang diterbitkan oleh Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai menginspirasi. Salam literasi guru ndeso. . 51 369 301 491 186 305 494 482

skor dan bobot soal uraian